SKS on Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang paling istimewa. Di dalamnya terdapat rahmat dan keampunan yang diberikan Al-Aziz kepada hambaNya yang mau berusaha untuk mendapatkannya. Tak jarang fenomena berikut ini sering terjadi. Wanita yang awalnya tidak pernah pakai jilbab, tiba-tiba terlihat sesekali memakai jilbab. Orang yang tidak biasa bersedekah, tiba-tiba bersedekah, yang biasanya cerewet jadi agak pendiam, yang biasanya jelek jadi agak cantik, dan fenomena yang khas yaitu tadarus Al-Quran. Banyak orang yang menargetkan untuk khatam Al-Quran selama sebulan.



SKS. Apakah ada yang tahu apa kepanjangannya? SKS bukan Saatnya Kita Sahur yang ada di Trans TV atau Satuan Kredit Semester . Tapi SKS disini adalah kepanjangan dari Sistem Kebut Semalam. Ini merupakan metode belajar (?) populer yang biasa dipakai oleh mahasiswa. Mahasiswa memakai metode ini ketika ujian. Biasanya mereka belajar sehari sebelum ujian sampai begadang sambil meremdamkan kaki di air es dengan tangan kanan memegang bahan ujian, dan tangan kiri sibuk menggoyang-goyangkan mouse komputer.
Lalu apa hubungan Ramadhan dengan SKS? Yap, hubungannya akan segera diketahui melalui kisah dibawah ini.



Di bulan Ramadhan, seperti biasa manusia selalu berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Salah satu usahaku adalah menjalankan target yang telah kususun setengah matang sebelum Ramadhan tiba. Salah satunya adalah khatam Al-Quran dalam sebulan (Wuihh...). sebenarnya target ini selalu ada tiap Ramadhan. Tapi Ramadhan kali ini agak istimewa karena aku benar-benar mulai dari nol, yaitu mulai dari Al-fatihah sampai An-Nas, biasanya aku hanya menyambung dari kajianku yang dulu. H-2 Ramadhan merupakan klimaks dari semua perencanaan target. Pada hari itu aku tengah berkhayal setinggi langit bahwa aku akan berhasil menjalankan semua target itu. Namun, kita kembali ke pepatah lama, “ Manusia berencana, Allah yang menentukan”. Tepat pada waktu magrib H-1 Ramadhan, aku harus menerima kenyataan bahwa aku belum diizinkan puasa oleh Allah disebabkan karena aku wanita. Akhirnya aku tidak bisa melewati 7 malam ramadhan dengan target yang telah kususun sedemikian rupa.

Akhirnya pada malam ke delapan aku pun mulai menjalankan satu-persatu targetku. Awalnya memang cukup semangat, buktinya pada Ramadhan ke 13 aku sudah juz 7. Namun, ketika malam-malam berikutnya semangatku pun meredup lagi. hal ini disebabkan karena pada minggu itu adalah jadwal pengisian KRS. Jadi, aku harus ke kampus. Yang namanya ke kampus pastinya bertemu dengan sohib-sohib, dan yang namanya ketemu tidak bisa hanya satu atau dua jam. Akhirnya aku malah jalan-jalan sampai sore sehingga melalainkan targetku. Karena sudah banyak ketinggalan, aku pun berpikir, ya sudahlah, pas sepuluh hari terakhir puasa saja di kejar semuanya. Itulah rencanaku. Akan tetapi, kita kembali lagi ke pepatah lama tadi, “ Manusia berencana, Allah yang menentukan”. Minggu-minggu terakhir, aku malah di booking si Ibunda untuk ngebantuin beliau membuat kue-kue lebaran. Mau tak mau, suka tak suka aku harus merelakan hari-hari terakhir Ramadhan untuk membuat nastar, kestangel, dll.

Dan akhirnya H-3 lebaran. Disini aku mulai gelisah. Al-Quran masih juz 18. Akhirnya aku pun menguatkan tekat untuk tetap menjalankan target khatam Al-Quran dalam sebulan. Walaupun suara serak, pegal, mata bengkak, akibat berjam-jam berkompromi dengan Al-Quran, belum lagi suara sumbang yang menyuruhku untuk menyerah saja ditambah lagi ada acara mati lampu. Namun, Alhamdulillah akhirnya pas hari 30 ramadhan dengan mata bengkak dan kepala pusing aku berhasil khatam Quran...




Kelihatannya aku berhasil mengejar targetku, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Aku tetaplah aku yang dulu. aku tidak berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik, meski di bulan Ramadhan sekalipun, karena aku tetap memelihara kebiasaan jelekku, yaitu SKS.
Aku punya 22 hari efektif untuk membaca Al-Quran. Apabila aku mencicil membaca 1,5 juz dalam sehari, maka aku bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam 20 hari, sisa 2 hari dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Seharusnya aku bisa seperti itu, tapi aku lebih memilih untuk SKS, dan membiarkan tubuhku merasakan sakit.

Aku sering kali menunda hal-hal yang bisa kulakukan hari ini. Aku sombong, merasa diriku bisa melakukan hal itu besok. Pada akhirnya aku akan melakukan SKS. Aku memang bisa mengerjakan hal yang tertunda itu, akan tetapi aku memaksakan diri, terlalu bahkan. Seperti waktu ujian, baca buku berjam-jam, sampai mata merah, bangun jam 3 pagi demi mengerjakan sesuatu yang sebenarnya bisa kulakukan hari-hari sebelumnya.
Tapi kenapa aku tetap memilih SKS? Padahal aku merasakan bagaimana sakitnya mata yang bengkak dan merah, bagaimana tidak enaknya kalau badan pegal, dan bagaimana pula rasanya bangun disaat semua orang tertidur lelap.

Aku berharap, dengan aku menulis ini, aku bisa lebih sadar bahwa SKS itu tidak baik, dan benar-benar tidak akan melakukannya lagi. Karena walaupun berhasil melakukan hal yang kita inginkan, tetap saja pada akhirnya kita hanya memaksakan diri.

Komentar

  1. alhamdulillah y...
    ada 1 target yg tercapai d bulan ramadhan..
    smg thn dpn kt d pertemukan lg dg ramadhan and tentunya ibadah kita haruslbh baik...

    untuk bulan ini, yuk kita sks puasa 6 syawal....
    hahahha....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer