Pesan Buat Dhini ;(tugas individu 3)
“Sudah shalat ,Nak ?” kata Mama mengagetkanku yang sedang menonton TV.
“Nanti, Ma,” jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi.
Mama tersenyum melihatku, kemudian katanya lagi, “ Cepat sana wudhu’, sebelum lewat waktu magrib,”.
Dalam hati aku mengeluh, setiap waktu Mama selalu mengingatkanku untuk shalat. Setiap kali pulang kuliah hal yang pertama kali ditanya mama adalah, “Sudah shalat ?” Mama bahkan tidak tahu kalau aku capek dan ingin langsung istirahat. Tak jarang sikap Mama yang seperti itu membuatku merasa bahwa aku shalat dengan keadaan terpaksa. Aku ingin Mama tahu kalau aku sudah dewasa dan aku tak perlu diingatkan lagi untuk shalat.
Pagi menyapa, sang surya pun telah bangun dari tidurnya, dan aku juga sudah bersiap untuk berangkat kuliah. Kukeluarkan sepeda motorku dari garasi, kemudian aku panaskan mesinnya. Ketika aku sudah bersiap untuk melajukan sepeda motorku, tiba-tiba mama memanggilku.
“Dhini, tadi sudah shalat shubuh ?” tanya Mama untuk yang kesekian kali mengingatkanku untuk shalat.
“Hmm, su..sudah Ma,”aku berbohong.
“Kalau begitu hati-hati ya, ”jawab Mama sambil tersenyum kepadaku.
“Iya, aku berangkat Ma,”jawabku sambil berlalu bersama sepeda motorku.
Sepeda motorku melaju kencang seiring dengan kencangnya hembusan angin pagi itu. Dan untuk kesekian kalinya aku mengumpat lagi. Mama terlalu protektif terhadapku. Walaupun aku anak perempuan satu-satunya, tak perlu Mama memperlakukannku seperti itu. Memang kenapa kalau aku tak shalat ? Bukankah aku yang berdosa ? Jadi mama tidak perlu terus-terusan mengingatkanku.
Tiba-tiba mataku menghangat, air mata mengalir di pipiku. Rasanya sedih sekali kalau setiap hari seperti ini. Aku merasa tidak dipercaya oleh Mama. Mama selalu mengekangku, seharusnya mama tahu bagaimana perasaanku.
Sesampainya di kampus perutku tiba-tiba sakit bukan main. Perasaanku tidak enak, lalu aku pergi ke toilet, ternyata benar dugaanku, tamu bulananku datang. Kuliah hari ini tak ada satupun yang masuk ke kepalaku. Perutku rasanya makin sakit, dan aku merasa mual. Biasanya aku tak pernah seperti ini. Nurul temanku menyuruhku untuk tidur di kamar kos-nya yang tak jauh dari kampus. Aku berusaha tidur sambil menahan sakit. Nurul sendiri masuk kuliah berikutnya.
Dua jam berlalu, aku pun terbangun dari tidurku. Perutku yang semula sakit sekarang sudah agak baikan. Sudah jam 5 sore tapi Nurul belum juga datang. kuputuskan untuk segera balik ke rumah. Kutinggalkan memo di meja belajarnya dan kutitipkan kunci kamarnya ke Binet, tetangga Nurul. Sekitar jam 7 malam aku sampai di rumah. Langsung aku ambil minum di dapur. Segelas air minum kuhabiskan dengan sekali tegukan, aku sangat haus sekali. Kemudian Mama datang,
“Sudah sholat maghrib, Dhin ? Cepat kamu shalat waktunya sudah mau lewat itu, kamu ini sering sekali melalaikan shalat,” ceramah Mama tiba-tiba.
Emosiku memuncak, aku sudah tidak tahan lagi, kenapa Mama tidak pernah mengerti keadaanku, perutku jadi sakit lagi, tanpa sadar kubentak mama,
“MAMA DIAM AJA DEH,! MAMA NGGAK LIHAT AKU CAPEK, UDAHLAH MA, NGGAK USAH NANYA-NANYA AKU, AKU UDAH GEDE, AKU TAHU APA YANG AKU LAKUKAN!”
Mendengar ucapanku, emosi Mama juga naik,
“MAMA HANYA MENGINGATKANMU DHINI !MAMA INGIN KAMU…”
“AKU CAPEK MA, MEMANG APA URUSAN MAMA, MAU SHALAT ATAU TIDAK ITU URUSAN AKU, TIDAK PERLU MAMA IKUT CAMPUR!
Mama menamparku…
Hening.
Kutatap wajah mama lekat-lekat ada gurat penyesalan di wajahnya. Tanpa kata-kata aku berlari menuju kamarku.
Di kamar aku menangis sepuas-puasnya. Aku tak percaya mama menamparku. Hatiku sakit sekali. Mama tak percaya lagi padaku.
Pagi ini cuaca mendung, semendung hatiku. Aku pergi ke kampus tanpa pamit pada Mama. Setiap melihat wajah Mama, aku jadi teringat Ia menamparku kemarin. Ketika jam makan malam, aku tidak keluar dari kamar. Papa pun sampai heran melihatku, karena biasanya aku yang paling semangat untuk makan.
Di kampus, semua mata kuliah yang diberikan dosen tak ada satupun yang melekat di kepalaku. Perasaanku tak enak, rasanya cemas sekali, aku tak tahu apa yang aku cemaskan. Aku merasa akan kehilangan sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu. Kuputuskan untuk pulang ke rumah. Entah mengapa rasanya aku kangen sekali dengan rumah. ketika sampai di rumah, aku melihat banyak sekali orang. Di pagar rumahku terpasang bendera merah.
Petir menyambar di kepalaku. Tanpa pikir panjang, kuambil langkah seribu. Sesampainya di dalam rumah aku melihat sesosok tubuh terbujur kaku.
“Kakak !” Nia adikku yang bungsu seketika memelukku.
“Mama Kak, Mama sudah pergi, ” isaknya
Tanpa komando air mataku mengalir deras, kupeluk tubuh dingin itu.
“MAMA…!!” jeritku sekuat-kuatnya.
Ini tidak mungkin terjadi, ini pasti mimpi. Mama ada disini, Mama selalu ada di sini untukku,
Mama…
Seminggu berlalu setelah kepergian mama. Rumah sepi.
Dhini, bukunya ketinggalan! Nia jangan ganggu Kak Dhini! Hei, jangan nonton TV terus, ini sudah malam, waktunya untuk tidur!
Omelan-omelan mama berputar di kepalaku. Aku adalah penyebab kematian Mama. Kata Nia, Mama menyusulku karena melihat buku catatanku ketinggalan. Ketika hendak menyebrang, mama ditabrak oleh mobil yang sedang melintas.
Air mataku mengalir lagi.aku sangat menyesal telah membentak mama pada malam itu, aku sungguh menyesal. Aku rindu sekali pada mama. Aku berencana untuk ziarah ke makam Mama hari ini. Ketika kubuka lemari baju, aku terkejut ada sebuah bungkusan di dalamnya. Kubuka bungkusan itu, ternyata itu adalah sebuah mukena berwarna putih yang sangat indah. Di dalamnya terselip sebuah kertas
Dhini, Mama sengaja belikan kamu mukena ini
agar kamu makin rajin shalatnya.
Dipakai ya, Nak…
Salam sayang,
Mama
Air mataku mengalir lagi. ternyata itu hadiah yang sudah Mama siapkan untukku sehari sebelum kepergiannya. Begitu besar cinta Mama terhadapku. Tapi aku malah membentak mama, aku bahkan menyakiti hati mama.
Mama, maafkan anakmu ini. Aku berjanji Ma, aku akan ingat terus pesan Mama. Aku akan shalat tanpa Mama harus mengingatkan aku. Aku tidak akan membuat Mama sedih untuk yang kedua kalinya.
Selamat tinggal Mama…
Aku sayang Mama…
“Nanti, Ma,” jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi.
Mama tersenyum melihatku, kemudian katanya lagi, “ Cepat sana wudhu’, sebelum lewat waktu magrib,”.
Dalam hati aku mengeluh, setiap waktu Mama selalu mengingatkanku untuk shalat. Setiap kali pulang kuliah hal yang pertama kali ditanya mama adalah, “Sudah shalat ?” Mama bahkan tidak tahu kalau aku capek dan ingin langsung istirahat. Tak jarang sikap Mama yang seperti itu membuatku merasa bahwa aku shalat dengan keadaan terpaksa. Aku ingin Mama tahu kalau aku sudah dewasa dan aku tak perlu diingatkan lagi untuk shalat.
Pagi menyapa, sang surya pun telah bangun dari tidurnya, dan aku juga sudah bersiap untuk berangkat kuliah. Kukeluarkan sepeda motorku dari garasi, kemudian aku panaskan mesinnya. Ketika aku sudah bersiap untuk melajukan sepeda motorku, tiba-tiba mama memanggilku.
“Dhini, tadi sudah shalat shubuh ?” tanya Mama untuk yang kesekian kali mengingatkanku untuk shalat.
“Hmm, su..sudah Ma,”aku berbohong.
“Kalau begitu hati-hati ya, ”jawab Mama sambil tersenyum kepadaku.
“Iya, aku berangkat Ma,”jawabku sambil berlalu bersama sepeda motorku.
Sepeda motorku melaju kencang seiring dengan kencangnya hembusan angin pagi itu. Dan untuk kesekian kalinya aku mengumpat lagi. Mama terlalu protektif terhadapku. Walaupun aku anak perempuan satu-satunya, tak perlu Mama memperlakukannku seperti itu. Memang kenapa kalau aku tak shalat ? Bukankah aku yang berdosa ? Jadi mama tidak perlu terus-terusan mengingatkanku.
Tiba-tiba mataku menghangat, air mata mengalir di pipiku. Rasanya sedih sekali kalau setiap hari seperti ini. Aku merasa tidak dipercaya oleh Mama. Mama selalu mengekangku, seharusnya mama tahu bagaimana perasaanku.
Sesampainya di kampus perutku tiba-tiba sakit bukan main. Perasaanku tidak enak, lalu aku pergi ke toilet, ternyata benar dugaanku, tamu bulananku datang. Kuliah hari ini tak ada satupun yang masuk ke kepalaku. Perutku rasanya makin sakit, dan aku merasa mual. Biasanya aku tak pernah seperti ini. Nurul temanku menyuruhku untuk tidur di kamar kos-nya yang tak jauh dari kampus. Aku berusaha tidur sambil menahan sakit. Nurul sendiri masuk kuliah berikutnya.
Dua jam berlalu, aku pun terbangun dari tidurku. Perutku yang semula sakit sekarang sudah agak baikan. Sudah jam 5 sore tapi Nurul belum juga datang. kuputuskan untuk segera balik ke rumah. Kutinggalkan memo di meja belajarnya dan kutitipkan kunci kamarnya ke Binet, tetangga Nurul. Sekitar jam 7 malam aku sampai di rumah. Langsung aku ambil minum di dapur. Segelas air minum kuhabiskan dengan sekali tegukan, aku sangat haus sekali. Kemudian Mama datang,
“Sudah sholat maghrib, Dhin ? Cepat kamu shalat waktunya sudah mau lewat itu, kamu ini sering sekali melalaikan shalat,” ceramah Mama tiba-tiba.
Emosiku memuncak, aku sudah tidak tahan lagi, kenapa Mama tidak pernah mengerti keadaanku, perutku jadi sakit lagi, tanpa sadar kubentak mama,
“MAMA DIAM AJA DEH,! MAMA NGGAK LIHAT AKU CAPEK, UDAHLAH MA, NGGAK USAH NANYA-NANYA AKU, AKU UDAH GEDE, AKU TAHU APA YANG AKU LAKUKAN!”
Mendengar ucapanku, emosi Mama juga naik,
“MAMA HANYA MENGINGATKANMU DHINI !MAMA INGIN KAMU…”
“AKU CAPEK MA, MEMANG APA URUSAN MAMA, MAU SHALAT ATAU TIDAK ITU URUSAN AKU, TIDAK PERLU MAMA IKUT CAMPUR!
Mama menamparku…
Hening.
Kutatap wajah mama lekat-lekat ada gurat penyesalan di wajahnya. Tanpa kata-kata aku berlari menuju kamarku.
Di kamar aku menangis sepuas-puasnya. Aku tak percaya mama menamparku. Hatiku sakit sekali. Mama tak percaya lagi padaku.
Pagi ini cuaca mendung, semendung hatiku. Aku pergi ke kampus tanpa pamit pada Mama. Setiap melihat wajah Mama, aku jadi teringat Ia menamparku kemarin. Ketika jam makan malam, aku tidak keluar dari kamar. Papa pun sampai heran melihatku, karena biasanya aku yang paling semangat untuk makan.
Di kampus, semua mata kuliah yang diberikan dosen tak ada satupun yang melekat di kepalaku. Perasaanku tak enak, rasanya cemas sekali, aku tak tahu apa yang aku cemaskan. Aku merasa akan kehilangan sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu. Kuputuskan untuk pulang ke rumah. Entah mengapa rasanya aku kangen sekali dengan rumah. ketika sampai di rumah, aku melihat banyak sekali orang. Di pagar rumahku terpasang bendera merah.
Petir menyambar di kepalaku. Tanpa pikir panjang, kuambil langkah seribu. Sesampainya di dalam rumah aku melihat sesosok tubuh terbujur kaku.
“Kakak !” Nia adikku yang bungsu seketika memelukku.
“Mama Kak, Mama sudah pergi, ” isaknya
Tanpa komando air mataku mengalir deras, kupeluk tubuh dingin itu.
“MAMA…!!” jeritku sekuat-kuatnya.
Ini tidak mungkin terjadi, ini pasti mimpi. Mama ada disini, Mama selalu ada di sini untukku,
Mama…
Seminggu berlalu setelah kepergian mama. Rumah sepi.
Dhini, bukunya ketinggalan! Nia jangan ganggu Kak Dhini! Hei, jangan nonton TV terus, ini sudah malam, waktunya untuk tidur!
Omelan-omelan mama berputar di kepalaku. Aku adalah penyebab kematian Mama. Kata Nia, Mama menyusulku karena melihat buku catatanku ketinggalan. Ketika hendak menyebrang, mama ditabrak oleh mobil yang sedang melintas.
Air mataku mengalir lagi.aku sangat menyesal telah membentak mama pada malam itu, aku sungguh menyesal. Aku rindu sekali pada mama. Aku berencana untuk ziarah ke makam Mama hari ini. Ketika kubuka lemari baju, aku terkejut ada sebuah bungkusan di dalamnya. Kubuka bungkusan itu, ternyata itu adalah sebuah mukena berwarna putih yang sangat indah. Di dalamnya terselip sebuah kertas
Dhini, Mama sengaja belikan kamu mukena ini
agar kamu makin rajin shalatnya.
Dipakai ya, Nak…
Salam sayang,
Mama
Air mataku mengalir lagi. ternyata itu hadiah yang sudah Mama siapkan untukku sehari sebelum kepergiannya. Begitu besar cinta Mama terhadapku. Tapi aku malah membentak mama, aku bahkan menyakiti hati mama.
Mama, maafkan anakmu ini. Aku berjanji Ma, aku akan ingat terus pesan Mama. Aku akan shalat tanpa Mama harus mengingatkan aku. Aku tidak akan membuat Mama sedih untuk yang kedua kalinya.
Selamat tinggal Mama…
Aku sayang Mama…
jangan pernah sekaLi-kaLi membentak orang tuamu..
BalasHapuskaLau tidak ingin mendapatkan penyesaLan..
surga di telapak kaki ibu..
nice post..
^.^
mengatakan..
BalasHapusklo ada anak disuruh sholat ga mau.., keterlaluan bgt deh tuh anaknya..
buat orang tua yang muslim di seluruh dunia manapun jgn pernah bosan menyuruh anak2nya sholat...
kisahnya mengharukan,,,
BalasHapushiks...hiks....
makanya,gunakanlah setiap kesempatan
yang ada
utk Mifta,imaginasinya dikembangkan lagi yaaaa...
trus lanjutkan perjuanganmu biar jd penulis like andrea hirata sang idola ku
he he
kasihan banget tuh Dhini,,,
BalasHapusitu bisa d jadikan contoh untuk kita.
selalu lah mendengarkan nasehat orang tua kita.
sebelum penyesalan datang.
jangan pernah menganggap hal yang kecil itu tidak berguna. Karena dari hal yang kecil lah kita bisa maju.
always say "I love U mom"
pngen namgis baca nya...
BalasHapushiks.....
inget mamah d kampaung nan jauh d mata...
berbaktilah kepada orang tuaaa...
BalasHapusby:vinayuliana
Love My parents.....
BalasHapusaduh jadi pengen nangis ngebacanya... hiks..hiks...
BalasHapuspengen pulang ketemu mama ><
thanks yah ceritamu ini mengajarkanku untuk
menghormati dan menyayangi orang tua dan tentunya jangan pernah membangkang karena kita tidak pernah tau kapan orang yang kita sayangi akan pergi.
Mif, ne pengalaman pribadi ya hehe...
BalasHapusbecanda neng hehe...
Inti nya jangan pernag engkau sakiti ortumu aplg mamamu,
love my mom.
Ceritanya menyentuh hati..
BalasHapusJadi ingat sama Mom..
Hiks..hiks,,
Eeh,, sama dady juga pastinya..
Ahahahaa
hmm..
BalasHapusmank kt sbg anak srg x myakiti ht ibu Qt, tp Beliau tetap sbr..
i love u mom..
n my father tuu..
love u all. ^^
sumpah , aq bacanya nangsi loh . aq terharu x .
BalasHapushmmmmm..
BalasHapusmftah jago yaaa bwt cerpen
bener-bener menyentuh..^_^
tega kali si mifta bikin ending ceritanya kayak gini..
BalasHapusdiperingatkan oleh orang tua bukan menandakan kita itu belum dewasa tapi hanya kitakan emang disuruh untuk saling mengingatkan kesesama tentang kebaikan
good !
BalasHapus=)
sumpah mif . aq nangis baca cerpen mu .
BalasHapusntah knpa, rasa'a sdih kaLi pas baca cerpen mu .
kyk'a crita srasa bner'' trjadi dLam idup aq .
bersyukur lah masi diingatkan...
BalasHapuskarena itu tanda sayang mereka kepada kitaa...
:))
MIFTAAA!!!
Langsung sholat aku abis baca ini...
mmm....
mifta,,,
BalasHapuscerpen nya bwt org terharuu loo...
mifta,,
ada bakat nii jd penulis??
maksih semua yang udah komentari cerpenku ini...
BalasHapusmasih banyak kekurangan disan-sini...
tapi aku akan tetap berusaha buat yang lebih baik lagi..
makasih karena banyak yang terharu karena cerpen yang kubuat, itu semua merupakan motivasi buatku...
arigatooo minna-san......!!!!
sedih....
BalasHapusKita akan merasakan betapa berharganya seseorang bagi kita,,
ketika dia telah pergi meninggalkan kita...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusaich mifff
BalasHapuscerpenmu bgt mhnyutkan..
jd kgn rumah...
Kita akan mengetahui seseorang itu berharga ketika kita kehilangannya.
BalasHapusDan ingatlah,janganlah kamu melawan ibumu, karna perkataan ibu biasaya diijabah oleh Allah.
Jangan ada yang malas sholat lagi ya teman-teman.
Shalat itu kewajiban, jadi jgn sampai ditinggalin.
BalasHapusJagan sampe tunggu disuruh juga yaa..
bagusss...
BalasHapussaya suka..
:)
miftaaaaaaaaaaa .. . .
BalasHapusnu mw nngis niy !
hha.
emg semi Emo bs nngis gto_ wkwkwkwk
bgus begete mif,
kembangin teyus ya' bkat'y ..
:)
bagus lhooooo...
BalasHapusmantap
waah karyanya hebat kak :D
BalasHapus